Minggu, 20 Februari 2011

Depresi pada mahasiswa

Nama  : Febrian Satria
Kelas   : 2 pa 03
NPM   : 15509131




Pendahuluan

Kata depresi sudah lama di kenal dalam istilah psikilogi, depresi itu sendiri merupakan respon normal terhadap berbagai strees kehidupan dan depresi dapat di anggap abnormal bila sudah di luar jangkauan atau kewajaran dan berlanjut terus sampai saat-saat dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali dalam kondisi dan lingkungan yang semakin penuh dengan peristiwa yang memberikan stres, mudah sekali orang untuk mengalami gangguan depresi.

Depresi juga bisa disebut dengan gangguan mood dan depresi itu sendiri dapat berawal dari stres yang tidak ditangani dengan baik, seseorang dapat mengalami depresi bisa di awali dengan perasaan sedih yang mendalam, dalam tugas saya ini saya akan membahsa mengenai depresi pada mahasiswa yang banyak terjadi di kalangan mahasiswa dewasa ini, banyak hal yang dapat menyebabkan depresi pada mahasiswa, misalnya dengan buruk nilai IP yang mereka dapat, menumpuknya tugas, atau nilai yang dia dapatkan tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan atau tidak sesuai dengan apa yang di lakukan dalam hal belajar.

Semoga tugas saya ini bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya diri saya pribadi dan dapat beguna bagi kita semua di masa yang akan dating.


















 Depresi telah lama dikenali sebagai suatu perhatian utama bagi pemberi layanan kesehatan (Geisner, 2006), seperti yang dikemukakan Atkinson (1991), depresi merupakan respon normal terhadap berbagai stress kehidupan, depresi dianggap abnormal bila di luar kewajaran dan berlanjut terus sampai saat-saat dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali, dalam kondisi dan lingkungan yang semakin penuh dengan peristiwa yang memberikan stres, mudah sekali orang untuk mengalami gangguan depresi.

Depresi dan berkurangnya kesejahteraan psikologis merupakan permasalahan kesehatan yang utama pada orang muda (Allgower dkk, 2001), ditambahkan oleh Herber & Runyon (1984) yang menyatakan bahwa perasaan depresi merupakan pengalaman yang cukup umum di kalangan mahasiswa, diperkirakan kurang lebih satu dari empat mahasiswa Amerika menderita beberapa simtom depresi, mengutip hasil penelitian Beck & Young (Harber & Runyon, 1984) dikatakan tiga perempat dari seluruh mahasiswa merasa depresi selama beberapa waktu pada masa sekolah, hal ini dapat terjadi mengingat banyaknya masalah yang menghadang keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dan terbukanya peluang bagi mahasiswa untuk mengalami simtom-simtom depresi karena berbagai masalah yang mungkin timbul, seperti adaptasi terhadap situasi dan kondisi kampus, tugas yang menumpuk, tuntutan akan nilai yang bagus, dan lain sebagainya.

Patton (Allgower dkk, 2001) menjelaskan terdapat hubungan yang resiprokal antara depresi dan kesejahteraan psikologis. Sebagai contoh, depresi memperlihatkan prediksi perilaku merokok di masa yang akan datang dimana merokok dihubungkan dengan suasana hati yang depresif di kemudian hari, bahkan menurut Reifman & Dunkel-Schetter (Allgower dkk, 2001) simtom depresi dan kecemasan menjadi perhatian khusus pada mahasiswa dan dihubungkan dengan performansi akademik yang rendah dan partisipasi rendah dalam aktivitas kampus.

Menurut para ahli kesehatan, ternyata penduduk Indonesia cukup banyak menderita gangguan mental. Maraknya kasus bunuh diri merupakan fenomena puncak gunung es para penderita depresi.
Kita perlu mengetahui teori depresi, karena boleh jadi gangguan kejiwaan ini tanpa sadar diderita oleh orang-orang dekat kita, atau bahkan mungkin oleh diri kita sendiri. Kita perlu mengetahui apa itu depresi, apa gejala dan penyebabnya, lalu bagaimana cara mengatasinya.




Depresi
Depresi adalah gangguan mood, suatu kondisi emosional yang berkepanjangan, yang mempengaruhi seluruh proses mental seseorang (Rice P.L., 1992). Proses mental sendiri meliputi kegiatan berpikir, berperasaan dan cara berperilaku seseorang.
Berawal dari stres yang tidak ditangani dengan baik, seseorang dapat mengalami depresi. Dimulai dengan rasa sedih yang mendalam, kehilangan semangat serta kegembiraan, mudah lesu, hingga berakibat pada gangguan kesehatan. Yang paling parah, depresi mengakibatkan rasa putus asa. Menurut para ahli jiwa, 50% penderita depresi mempunyai pikiran untuk bunuh diri, dan 15% dari mereka semua benar-benar melakukannya.
Penyebab dan Gejala Depresi
Gejala awal berasal dari tanda-tanda pada mental atau psikis. Orang yang depresi akan kehilangan kepercayaan dirinya dan selalu berpikiran negatif pada segala hal, termasuk pada dirinya sendiri. Para penderita gangguan mental ini sangat mudah tersinggung, sensitif, sering marah, nampak sering muram dan sedih, cenderung pendiam dan menyendiri, serta suka menghindari kegiatan sosial atau aktivitas yang melibatkan orang lain.
Karena sensitif, orang ini akan mudah pula mempunyai pikiran bahwa dirinya tidak berguna, rasa bersalah berlebihan, dan merasa mempunyai beban yang berat. Kondisi mental ini bisa terjadi karena berbagai kegagalan yang mereka alami, kehidupan yang tidak sesuai dengan yang mereka idamkan, atau merasa mempunyai tanggung jawab yang besar.
Gejala fisik dapat ditunjukkan dengan lesu, malas walaupun pada aktivitas yang tadinya ia sukai. Sulit tidur atau malah terlalu banyak tidur. Susah makan, mungkin terjadi banyak makan pada gejala awal, tetapi akan sulit makan pada depresi tingkat lanjut. Pasif dan suka menyendiri.
Susah berkonsentrasi sehingga menurunkan produktivitas kerja atau sulit belajar pada anak sekolah dan mahasiswa, di samping karena hilangnya motivasi hidup. Karena selalu berpikiran dan berprasangka negatif, orang yang depresi menjadi mudah lelah dan sakit.
Tentu saja gejala psikis dan fisik tadi akan berpengaruh pada kehidupan sosial mereka. Perangai yang mudah tersinggung, mudah marah, penyendiri, dan mudah lesu sering kali membuat mereka dijauhi orang lain. Belum lagi prasangka yang negatif pada orang lain, kurang percaya diri, minder ketika berkomunikasi, tidak nyaman dalam aktivitas sosial, menimbulkan masalah interaksi sosial yang cukup berat bagi mereka.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi, seperti karena mendapatkan musibah, kehilangan anggota keluarga, masalah keluarga, kehilangan pekerjaan. Maupun karena faktor yang lebih bersifat medis, seperti faktor genetis, menderita penyakit yang kronis, efek samping dari obat, gangguan mental setelah melahirkan, dan lainnya.
Namun intinya, kondisi mental atau kejiwaan yang kurang kuat yang menjadi penyebab utama mengapa seseorang mengalami gangguan mental ini.

Lalu, Bagaimana Mengatasinya?
Jangan malu untuk berkonsultasi pada psikiater atau psikolog. Biasanya dari para ahli ini kita akan mendapatkan solusi dan terapi. Tidak jarang juga disertai dengan obat anti depresi yang tentu saja harus digunakan di bawah pengawasan dari dokter.
Tips lain yang sebenarnya lebih mudah adalah selalu berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan bersyukur, berpasrah, bersabar, dan menjalankan apa yang dititahkan-Nya.
Usahakan untuk selalu bersosialisasi, menikmati aktivitas kebersamaan hingga merasa nyaman dan menyenangkan. Jangan biarkan diri orang yang depresi terus menyendiri dan pasif. Sibukkan diri dengan kegiatan yang positif dan yang dapat kita lakukan dengan baik.
Tak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru yang akan membuat kita termotivasi, namun jaga jarak dahulu pada perubahan besar yang bisa membuat beban pikiran yang berat. Manjakan diri dengan istirahat yang cukup, baik fisik maupun pikiran. Biasakan selalu berpikiran positif, terbuka, berprasangka baik pada diri dan orang lain. Coba menjalani hidup dan aktivitas sehari-hari dengan lebih santai dan tenang.
Hal lain yang cukup signifikan membantu penyembuhan adalah dengan dukungan orang terdekat. Dengan selalu berkomunikasi dan mengeluarkan semua permasalahan pada mereka, sehingga akan mendapatkan pemecahan masalah yang lebih objektif. Andaikan tidak mendapat solusi, dengan menceritakannya saja akan menurunkan tingkat depresi yang dialami.